Ibu... yang—entah yang tercinta, entah yang tersayang--kata itu tidak mampu mewakili betapa rasa sayangku padamu ibu. Aku ingin menciptakan susunan dari leksem-leksem baru yang dapat aku gunakan untuk mengungkapkannya.
Doamu tidak pernah berhenti.
Sebelum aku berada dalam rahimmu, kau sudah
berusaha dan berdoa agar akulah—anak sholehah—yang menangis memanggil namamu
pertama kali.
Dan Ibu... selama 9 bulan kau mengindahkan
hidupku dalam kandunganmu.. ketika itu sudah aku rasakan betapa agungnya kegigihanmu
memberikan semangat baru dalam hidupku, bahkan pada tahun kelipatan 9
selanjutnya.
Di tengah keluarga yang begitu kerasnya.. di
antara runtuhnya hati, kau adalah satu-satunya orang yang kutemui, tetap
berdiri tegak dan mengulurkan tanganmu untukku yang terjatuh.
Ibu.. teringat ketika kau menangis berdoa
tengah malam, ketika aku terbangun dari tidurku. ku dengar, kau rangkaikan doa
supaya kelak aku menjadi wanita yang sholihah, yang dapat menolong dan
mendoakanmu.
Betapa sering kerongkonganmu kehausan asal aku
bisa minum dengan puas, dengan kelembutanmu
Kau tahan laparmu dengan satu biji batu, demi
aku agar bisa melahap sesendok nasi
Pada hari sakitku, aku tidak pernah melupakan
air matamu yang bercucuran seperti hujan
Aku tak bisa
berkata-kata mengungkapkan apa yang sudah engkau korbankan demi aku
Teringat pula, ketika kau menangis memaparkan
tubuhmu dihadapan ayah, kau mohonkan kepadanya agar aku bisa sekolah.
Ayah yang selalu berkata “kenapa juga sekolah?
Ilmu tidak hanya di dapat di bangku sekolah??” hatiku teriris, tidak bisa mencium indahnya belajar bersama banyak teman.
Untuk menolong hatiku, kau –tega-- buang aku di penjara suci ini, mencari ilmu kepada pendidik ruhku.. subhanallah ibu, apa yang terjadi?... semua itu karena kau tega ..
Karena kau tega, aku bisa melafalkan dan
menghafal kalimat Allah sebanyak 114 surat itu
dan maknanya
Karena tega itu, aku mampu menghafal doa-doa
yang belum sempat ibu ajarkan kepadaku, karena ibu sibuk membanting tulang
mencari nafkah buat pendidikanku
Karena tega itu, aku semakin merindu bertemu
ibu. Dan pada akhirnya rindu itu menjelma sebagai kekuatan lahir bathinku
Karena tega itu, aku
bisa mengerti bagaimana cara berbakti kepadamu
Karena tega itu, aku
bisa mendoakan yang terbaik untuk ayah yang saat ini tengah duduk di sisi-Nya
menunggu doaku
Karena tega itu,
akhirnya aku bisa menangis di tengah malam seperti yang sering dilakukan ibu
untukku
Karena tega itu, aku
menjadi pribadi yang sangat berani berpegang teguh pada agamaku.
Karena tega itu, aku
bisa tegap berdiri di tengah runtuhnya pohon-pohon besar.
Karena tega itu, aku
semakin pandai mensyukuri nikmat atas kekuranganku.
Karena kau tega, aku
semakin bisa untuk “tega” terhadap diriku sendiri
Karena tega itu, aku
menjadi tidak tega melihat orang lain yang berkeadaan tidak lebih baik dariku
Karena tega itu, aku
sangat bisa merasakan bahwa kau adalah sosok yang sangat lembut, tidak ada tega
setitikpun dalam hatimu terhadap anak-anakmu
Asal kau tahu ibu, semua
yang terjadi padaku, semua perubahan ini, karena kau tega
Kau tega membuangku
demi masa depanku.
Aku akan segera
kembali dari
penjara suci ini ibu…, akan ku cium kepalamu yang suci
Akan aku tumpahkan semua rinduku,
dan ku hirup wanginya tangan kananmu
Akan aku bersihkan tanah di kedua
telapak kakimu dengan pipiku ketika aku bertemu denganmu
Akan ku sapu harum keringatmu yang bercucuran
dengan tiupan lembutku
Aku akan membasahi tanah dengan air mataku karena sangat
bahagia denganmu
Tidak mungkin engkau melihat
dada yang lebih membuatmu rindu selain dadaku
Tuhan semesta alam berpesan kepadaku untuk
berbakti padamu wahai harapan umurku Ridhamu adalah rahasia
taufiqku dan cintamu adalah pembakar imanku
Karena ketulusan doamu,
kesusahan dan sedihku lenyap
Melihatmu, seperti melihat syurga
Melihat saja, Allah menjanjikan pahala
Pemberian maafmu, Allah mengampuni dosaku
Wajahmu meletihkan mataku karena terlalu lama
aku memandang keindahannya.
Semangat selalu terbakar
ketika sekejap saja aku melihat bayangmu.
Ibu.. jika ada orang yang memisahkan aku
maka engkaulah denyut nadi di jantungku,
engkaulah cahaya di mataku
dan engkaulah nada di bibirku, engkau langkahku
engkau kenyangku ketika lapar,
engkau
pencegah dahagaku
setelah hari kita bertemu, tiada lagi perpisahan
kecuali perpisahan karena kematian
Ibu ..
Berapa sering kau lelah, hingga kata “lelah”
sirna
Berapa sering kau berupaya, hingga tidak
mengenal apa itu “banting tulang”
Berapa sering kau bekerja, hingga kekuatanmu
tidak memiliki makna
Berapa sering kau merasa sedih, hingga mata
indahmu tidak mampu meneteskan air mata
Berapa sering kau terjaga di malam hari, hingga
tidak ada warna tilas di atas sajadah itu
Untukku dan karena aku.
Ya Allah berilah rizki kepada ibuku sebanyak
kasihnya yang tidak pernah terukur,
Lebih indah dari apa diinginkannya
Lebih banyak dari apa yang diimpikannya
Lebih utama dari apa yang ternama
Bahagiakan hatinya ya Rabb.
hatiku
bahagia karena kebahagiaannya.
Hatiku... jiwaku... akalku...mengatakan..
Aku mencintaimu.. ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar